MASALAH
– MASALAH POKOK PEREKONOMIAN INDONESIA
PENDAHULUAN
Pernakah kau
melontarkan kata tanya apa, bagaimana, dan siapa ketika kamu menghadapi
masalah? Tiga pertanyaan ini pula yang harus dijawab oleh ilmu ekonomi.
selanjutnya, kita akan melihat sejauh mana system ekonomi dapat memecahkan
masalah ini. Pernakah kamu atau keluargamu menemui kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, misalnya ketikan ayahmu kehilangan pekerjaan? pada sat
itu, kamu ingin membantu kedua orang tuamu, bukan? Apa yang kamu lakukan? Ayo,
kita lihat kisah kawan kita, Indra, berikut ini. Saat ini, keluarga Indra
sedang mengalami permasalahan tersebut. kemudian ia memutuskan untuk mencari
uang dengan menjual makanan disekitar rumah dan sekolahnya. selanjutnya, ia
mulai menganalisis pertanyan-pertanyaan seperti ini. Makanan apa yang harus ia
buat sebelum berangkat sekolah? Melihat waktu yang sangat sempit, Nomi
memutuskan untuk membuat gorengan seprti Ubi, Singkong, dan Pisang Goreng.
Bagaimana cara membuatnya? siapa saja yang akan membantunya? Ia membagi tugas
untuk Ayah, Ibu dan Adik. Ayah dan Ibu bertugas membeli bahan-bahan makanan di
pasar setiap malam. Indra dan Adik bertugas di dapur untuk membuat gorengan
Siapa saja orang-orang yang akan mengkonsumsi gorengan itu? Nomi berharap
gorengan itu dapat dikonsumsi orang-orang yang mencari serapan. untuk itu, ibu
menitipkannya ke warung-warung di dekat rumah. Indra dan Adik juga menitipkan
gorengan itu ke kantin sekolah. Kamu lihat bahwa Nomi sudah mampu menjawab
ketiga pertanyaan tersebut, bukan? Jawaban yang diberikan berupa tindakan ekonomi
untuk memecahkan permasalahannya. Artinya, Nomi telah mampu memecahkan masalah
ekomoni keluarganya. cobalah kamu ingat kembali permasalahan kamu dan
keluargamu pernah alami. apa yang kamu lakukan pada saat itu?
ISI
MASALAH – MASALAH POKOK PEREKONOMIAN INDONESIA
Indonesia
menggunakan system perekonomian kerakyatan, jadi semua kegiatan ekonomi yang
berhubungan dengan hajat hidup orang banyak diatur dan dikendalikan oleh
pemerintah. Semua hal yang berhubungan dengan kebijakan dan kelangsungan hidup
masyarakat Indonesia diatur oleh kebijakan – kebijakan dan peraturan
pemerintah. Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan diawali
padatahun 1997 dimana pada masa itulah terjadi krisis. Saat itu pertumbuhan
ekonomi Indonesia hanya berkisar pada level 4,7 persen, sangat rendah
dibandingkan tahun sebelumnya yang 7,8 persen. Kondisi keamanan yang belum
kondusif juga mempengaruhi iklim investasi di Indonesia, yang menambah
kesulitan dinegeri ini. Hal ini sangat berhubungan dengan aktivitas kegiatan
ekonomi yang berdampak pada penerimaan negara serta pertumbuhan ekonominya.
Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan menjanjikan harapan
bagi perbaikan kondisi ekonomi dimasa mendatang. Bagi Indonesia, dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka harapan meningkatnya pendapatan nasional
(GNP), pendapatan persaingan kapita akan semakin meningkat, tingkat inflasi
dapat ditekan, suku bunga akan berada pada tingkat wajar dan semakin
bergairahnya modal bagi dalam negeri maupun luar negeri. Namun semua itu bisa
terwujud apabila kondisi keamanan dalam negeri benar-benar telah kondusif.
Kebijakan pemerintah saat ini didalam pemberantasan terorisme, serta
pemberantasan korupsi sangat turut membantu bagi pemulihan perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator makro ekonomi
menggambarkan kinerja perekonomian suatu negara akan menjadi prioritas utama
bila ingin menunjukkan kepada pihak lain bahwa aktivitas ekonomi sedang
berlangsung dengan baik pada negaranya. Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan
2007 perekonomian Indonesia tumbuh cukup signifikan (rata-rata di atas 6%),
menjadikan Indonesia saat ini secara ekonomi cukup dipertimbangkan oleh
perekonomian dunia. Hal ini dapat dilihat dengan diundangnya Indonesia ke
pertemuan kelompok 8-plus (G8plus) di Kyoto Jepang pada bulan Juli 2008 bersama
beberapa negara yang disebut BRIICS (Brasil, Rusia, India, Indonesia dan South
Africa). Pada tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$
2.000, bahkan pada tahun 2009, GDP Indonesia ditetapkan di atas angka 5.000
triliun Rupiah atau setara dengan US$ 555 milyar. Angka-angka ini cukup
mendukung estimasi bahwa pada tahun 2015 Indonesia sudah menjadi salah satu
raksasa ekonomi dunia dengan GDP di atas US$ 1 triliun. Namun masih banyak
hambatan yang dihadapi oleh perekonomian Indonesia untuk menuju kesana,
misalnya; kondisi infrastruktur perekonomian (seperti jalan, jembatan,
pelabuhan dan listrik), tingginya angka pengangguran (kisaran 9%), tingginya
inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya harga energi dunia (sudah menyentuh
11,,%), belum optimalnya kedatangan FDI ke Indonesia, belum optimalnya peranan
APBN sebagai stimulus ekonomi (belum ekspansif). A. Beberapa permasalahan
ekonomi Indonesia. Beberapa permasalahan ekonomi Indonesia yang masih muncul
saat ini dijadikan fokus program ekonomi 2008-2009 yang tertuang dalam Inpres
Nomor 5 tahun 2008 yang memuat berbagai kebijakan ekonomi yang menjadi target
Pemerintah yang dapat dikelompokkan ke dalam 8 bidang yaitu: (i) investasi,
(ii) ekonomi makro dan keuangan, (iii) ketahanan energi, (iv) sumber daya alam,
lingkungan dan pertanian, (v) pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM), (vi) pelaksanaan komitmen masyarakat ekonomi ASEAN, (vii)
infrastruktur, dan (viii) ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. Dari sekian
banyak masalah perekonomian yang dapat mewujudkan target pemerintah diatas
dapat dikelompokan menjadi masalah yang paling pokok karena dampaknya yang
meluas yaitu tentang permasalahan Ketenagakerjaan yang melingkupi tingginya
jumlah Pengangguran dan tingginya tingkat Inflasi yang terjadi di Indonesia
merupakan hal yang mendasari semua permasalahan – permasalahan social di
Indonesia. Masalah Pengangguran Pengangguran merupakan masalah berakar yang
terjadi di Indonesia, karena permasalahan ini kehidupan social dan keamanan
serta sector lain ikut terganggu. Setiap tahun lahir manusia – manusia baru
dengan kecerdasan ilmu pengetahuan yang berbeda – beda, mulai dari lulusan
perguruan tinggi hingga yang putus sekolah. Kian hari bermunculan jumlah
angkatan kerja yang sebagian siap berkompetisi dilingkungan kerja dan sebagian
lagi kurang terampil dalam berkompetisi, jumlah angkatan kerja yang begitu
banyak ternyata tidak diimbangi dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan yang meningkat.
Alhasil ada angkatan kerja yang tidak tertampung dalam lapangan kerja yang
ketersediaannya cukup terbatas. Sebab itulah timbul pengangguran. Masalah
pengangguran di Indonesia masih menjadi masalah ekonomi utama yang sampai saat
ini belum bisa diatasi. Sampai tahun 2008, tingkat pengangguran terbuka masih
berada pada kisaran 9% dari jumlah angkatan kerja berada pada kisaran 9 juta
orang. Sebagaimana kita ketahui, bahwa terjadi perubahan patern perekonomian
paska krisis dari usaha yang padat karya ke usaha yang lebih padat modal.
Akibatnya pertumbuhan tenaga kerja yang ada sejak tahun 1998 s/d 2004
terakumulasi dalam meningkatnya angka pengangguran. Dilain sisi, pertumbuhan
tingkat tenaga kerja ini tidak diikuti dengan pertumbuhan usaha (investasi) yang
dapat menyerap keberadaannya. Akibatnya terjadi peningkatan jumlah pengangguran
di Indonesia yang pada puncaknya di tahun 2004 mencapai tingkat 10% atau
sekitar 11 juta orang.
1. Definisi Dan Pengertian Pengangguran Pengangguran
adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang
mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari
kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa
perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum
membutuhkan pekerjaan.
2. Rumus Menghitung Tingkat Pengangguran Untuk
mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dar prosentase
membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja. Tingkat Pengangguran
= Jml Yang Nganggur / Jml Angkatan Kerja x 100%
3. JENIS-JENIS PENGANGGURAN Pengangguran sering
diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja secara
optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan
menjadi tiga macam yaitu :
Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah
tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan
pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja
yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah
tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis
ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha
secara maksimal.
4. Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab
terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a.
Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment) pengangguran yang diakibatkan
oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
b. Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan
adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja
dengan pembuka lamaran pekerjaan.
c. Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan
pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan
kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan
akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan,
seperti : Akibat permintaan berkurang Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
Akibat kebijakan pemerintah
d. Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan
ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya
seperti petani yang menanti musim tanam, tukan durian yang menanti musim
durian.
e. Pengangguran Siklikal Pengangguran siklikal
adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi
sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
f. Pengangguran Teknologi Pengangguran teknologi
adalah pengangguran yang terjadi karena mulai digunakannya teknologi untuk
menggantikan tugas-tugas yang biasanya dilakukan oleh manusia. Ini akibat dari
kemampuan dan keahlian pekerja yang kurang mampu menyesuaikan dengan harapan
perusahaan.
g. Pengangguran siklus pengangguran yang diakibatkan
oleh menurunnya kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran
siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand).
Pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela (voluntary
unemployment) dan dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela
adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karena ingin mencari
pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara adalah
pengengguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun
belum berhasil mendapatkan kerja.
5. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PENGGANGURAN Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya pengganguran adalah sebagai berikut:
Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan
Kesempatan Kerja Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih
besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang
terjadi.
Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang
Kebutuhan jumlah,jenis tenaga terdidik dan
penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang Apabila kesempatan kerja jumlahnya
sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak
terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan
yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan
sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang
tersedia.
Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja
Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia
Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar
daerah tidak seimbang Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih
besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan
sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari
suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
6. DAMPAK-DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP PEREKONOMIAN
Untuk mengetahui dampak pengganguran terhadap per-ekonomian kita perlu
kelompokkan pengaruh pengganguran terhadap dua aspek ekonomi , yaitu:
a. Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu
Negara Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah
meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan
dalam keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif
tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang
telah dicita-citakan. Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif
terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak
dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena
pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai
masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang
seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan
lebih rendah.
Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional
yang berasal dari sector pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran
yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian me-nurun sehingga pendapatan
masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari
masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan
ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan
terus menurun.
Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan
ekonomi. Adanya pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan
berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan
berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha)
untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat
investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
b. Dampak pengangguran terhadap Individu yang
Mengalaminya dan Masyarakat Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran
terhadap individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian
Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan
Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan
social politik.
7. KEBIJAKAN – KEBIJAKAN PENGANGGURAN Adanya
bermacam-macam pengangguran membutuhkan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan
dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sbb :
Cara Mengatasi Pengangguran Struktural Untuk
mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
1. Peningkatan
mobilitas modal dan tenaga kerja
2. Segera memindahkan
kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan
sector ekonomi yang kekurangan
3. Mengadakan pelatihan
tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
4. Segera mendirikan industri padat karya di
wilayah yang mengalami pengangguran.
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional Untuk
mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sbb:
1. Perluasan kesempatan
kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat
padat karya
2. Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai
bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru
3. Menggalakkan
pengembangan sector Informal, seperti home indiustri
4. Menggalakkan program transmigrasi untuk me-nyerap tenaga kerja di sector agraris dan sector formal lainnya
5. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
4. Menggalakkan program transmigrasi untuk me-nyerap tenaga kerja di sector agraris dan sector formal lainnya
5. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
Cara Mengatasi
Pengangguran Musiman. Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
1. Pemberian informasi yang cepat jika ada
lowongan kerja di sector lain, dan
2. Melakukan pelatihan
di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim
tertentu.
Cara mengatasi Pengangguran Siklus Untuk mengatasi
pengangguran jenis ini adalah :
1. Mengarahkan
permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2. Meningkatkan daya beli Masyarakat.
Inflasi
Inflasi dan perekonomian Indonesia sangat saling berkaitan. Apabila tingkat
inflasi tinggi, sudah dipastikan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dimana
akan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi. Inflasi di Indonesia diumpamakan
seperti penyakit endemis dan berakar di sejarah. Tingkat inflasi di Malaysia
dan Thailand senantiasa lebih rendah. Inflasi di Indonesia tinggi sekali di
zaman Presiden Soekarno, karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak
prudent (“kalau perlu uang, cetak saja”). Di zaman Soeharto, pemerintah
berusaha menekan inflasi, akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen setahun
rata-rata, karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai
agent of development, yang bisa mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru
di zaman reformasi, mulai di zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia
mengutamakan penjagaan nilai rupiah. Tetapi karena sejarah dan karena
inflationary expectations masyarakat (yang bertolak ke belakang, artinya
bercermin kepada sejarah) maka “inflasi inti” masih lebih besar daripada 5
persen setahun. Bulan dan tahun Tingkat inflasi Juli 2009 2.71 % Juni 2009 3.65
% Mei 2009 6.04 % April 2009 7.31 % Maret 2009 7.92 % Februari 2009 8.60 %
Januari 2009 9.17 % Desember 2008 11.06 % November 2008 11.68 % Oktober 2008
11.77 % September 2008 12.14 % Agustus 2008 11.85 % Juli 2008 11.90 % Data
inflasi dari Inflasi CPI – Bank Sentral Republik Indonesia Bulan dan tahun
Pertumbuhan ekonomi Maret 2006 15.74 % Juni 2006 15.53 % September 2006 14.55 %
Desember 2006 6.60 % Data pertumbuhan ekonomi dari Inflasi CPI – Bank Sentral
Republik Indonesia Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak
mendapatkan perhatian para pemikir ekonomi. Pengertian inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi. Syarat
adanya kecenderungan menaik yang teus menerus juga perlu diingat, karena
kenaikan harga karena musiman, menjelang hari-hari besar atau yang terjadi
sekali saja, dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan tidak disebut inflasi. Jika
sebagian dari harga barang diatur diatur pemerintah, maka harga-harga yang
dicatat oleh Biro Sta¬tistik mungkin tidak menunjukkan kenaikan apapun karena
yang dicatat adalah harga “resmi” pemerintah. Tetapi kenyataan yang terjadi ada
kecenderungan bagi harga-harga untuk terus menaik. Dalam hal ini inflasi
sebetulnya ada, tetapi tidak diper¬lihatkan. Keadaan ini disebut “suppressed
inflation” atau “infla¬si yang ditutupi” , yang pada suatu waktu akan terlihat
karena harga-harga resmi makin tidak relevan dalam kenyataan.
1. MACAM INFLASI Berdasarkan parah tingkat inflasi
dapat dibedakan menjadi 4, yaitu : • Inflasi ringan (di bawah 10% setahun) •
Inflasi sedang (antara 10 – 30% setahun) • Inflasi berat (antara 30 – 100%
setahun) • Hiperinflasi (di atas 100% setahun) 2. Berdasarkan asal dari inflasi
• Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) Inflasi dari
dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai
dengan pencetakan uang baru, panenan gagal dsb. • Inflasi yang berasal dari
luar negeri (imported inflation) Inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang
timbul karena kenaikkan harga-harga (yaitu:inflasi) di luar negeri atau di
negara-negara langganan berdagang kita. Bila harga barang-barang ekspor seperti
kopi teh minyak kelapa sawit naik, maka indeks biaya hidup akan naik pula sebab
barang- barang tsb langsung masuk dalam daftar barang- barang yang terca¬kup
dalam indeks harga. Bila harga barang-barang ekspor (seperti, kayu,karet,
timah, dsb) naik, maka biaya produksi dari barang-barang yang mengguna¬kan
barang-barang tsb dalam proses produksinya (perumahan, sepa¬tu, kaleng, dsb)
akan naik, dan harganya akan naik pula (cost inflation). Kenaikan harga
barang-barang ekspor berarti kenaikan penghasilan eksportir. Kenaikan
penghasilan ini akan dibelanjakan untuk membeli barang-barang , baik dari dalam
negeri maupun luar negeri. Bila jumlah barang yang tersedia di pasar tidak
bertambah, akibatnya harga-harga barang lain akan naik pula (demand inflation).
3. Berdasarkan penyebab dari Inflasi Berdasarkan Penyebabnya inflasi dapat
digolongkan kedalam dua garis besar yaitu: • Demand inflation / inflasi
permintaan Inflasi ini timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai macam
barang terlalu kuat. • Cost inflation / inflasi penawaran Inflasi ini timbul
karena kenaikan biaya produksi atau berkur¬angnya penawaran agregatif. Macam
Inflasi berdasarkan penyebabnya ini dapat ditunjukkan oleh gambar berikut ini:
a) demand inflation b) cost inflation Inflasi
permintaan ini disebabkan oleh permintaan masyar¬akat akan barang-barang
(aggregate demand) bertambah misalnya, karena bertambahnya pengeluaran
pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar
negeri akan bar¬ang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi
swasta karena kredit yang murah, maka kurva agregate demand bergeser dari D1 ke
D2. Akibatnya tingkat harga umum naik dari H1 ke H2. Inflasi yang timbul karena
kenaikan biaya produksi, yaitu karena kenaikan harga sarana produksi yang
didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan bahan bakar minyak) maka
kurva penawaran measyarakat (aggregate supply) bergeser dari S1 ke S2.
Perbedaan dari kedua macam inflasi ini adalah:
1. Perbedaan dalam hal akibat dari kedua macam
inflasi tersebut, dari segi volume output, karena dari segi harga output tidak
berbeda. Dalam kasus demand inflation, biasanya ada kecenderungan outputnya
(GDP riil) menaik bersama-sama dengan kenaikan harga umum. Besar kecilnya
kenaikan output ini tergantung tegantung pada eltisitas kurva agregate supplay,
semakin mendekati output maksimum semakin tidak elastis kurva tsb. Sebaliknya
dalam kasus cost inflation biasanya kenaikan harga-harga bersamaan dengan
penurunan omzet penjualan barang (kelesuan usaha).
2. Perbedaan dalam hal urutan dari kenaikan harga.
Dalam demand inflation kenaikan harga barang (output) menda¬hului kenaikan
harga barang-barang input dan harga- harga faktor produksi (upah dsb).
Sedangkan dalam dalam cost inflation kenaikan harga barang -barang input dan
harga-harga faktor produk mendahului kenaikan harga barang-barang akhir
(output). TEORI INFLASI Secara garis besar
3 kelompok teori mengenai inflasi, masing-masing
menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses inflasi, yaitu:
A. Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari: o Jumlah uang yang
beredar o Psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga
(expectation) Inti dari teori ini adalah : Inflasi hanya bisa terjadi jika
ada penambahan volume uang yang beredar (berupa penambahan uang cartal atau
penambahan uang giral).
Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan
jumlah uang yang beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai
kenaikan harga-harga di masa mendatang. Terdapat 3 kemungkinan keadaan :
a. Keadaan pertama, apabila masyarakat tidak (atau
belum) mengharap¬kan harga-harga untuk naik pada bulan bulan mendatang. Dalam
hai ini, sebagian besar dari penambahan jumlah uang yang beredar akan diterima
masyarakat untuk menambah likwiditasnya (yaitu, memperbesar pos Kas dalam buku
neraca para anggota ma¬syarakat). Ini berarti sebagian besar dari kenaikan
jumlah uang tersebut tidak dibelanjakan untuk pembelian barang. Sehingga tidak
akan ada kenaikan permintaan yang berarti akan barang-barang, jadi tidak ada
kenaikan harga barang-barang. Dalam keadaan seperti ini kenaikan jumlah uang
beredar sebesar 10% diikuti oleh kenaikan harga- harga sebesar, misalnya 1%.
Keadaan ini biasa dijumpai pada waktu inflasi masih baru mulai dan masyarakat
masih belum sadar bahwa inflasi sedang berlang¬sung.
b. Keadaan Kedua adalah di mana masyarakat atas
dasar pengalaman di bulan bulan sebelumnya mulai sadar adanya inflasi.
Penambahan jumlah uang yang beredar digunakan oleh masyarakat untuk membeli
barang-barang (memperbesar pos aktiva barang-barang didalam neraca). Kenaikan
harga (inflasi) adalah suatu pajak atas saldo kas ma¬syarakat, karena uang
semakin tidak berharga. Dan orang-orang berusaha menghindari pajak ini dengan
mengubah saldo kasnya menjadi barang. Sehingga permintaan akan barang-barang
melonjak, akibatnya harga barang-barang tersebut juga mengalami kenaikkan. Pada
keadaan ini kenaikan jumlah uang sebesar, misalnya 10% akan diikuti dengan
kenaikan harga barang mungkin sebesar 10% pula.
c. Keadaan Ketiga adalah tahap Hiperinflasi
orang-orang sudah kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang. Keadaan ini
ditandai oleh makin cepatnya peredaraan uang (velocity of circulation yang
menaik). Uang yang beredar sebesar misalnya 20% akan mengakibatkan kenaikan
harga lebih besar dari 20%.
B. Teori Keynes Menurut teori ini, inflasi terjadi
karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses
inflasi menurut pandangan ini adalah proses perebutan bagian rezeki di antara
kelompok- kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada
yang bisa disediakan oleh masyarakat. Proses perebutan ini diterjemahkan
menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu
melebihi jumlah barang- barang yang tersedia (timbulnya inflationary gap).
C. Teori Strukturalis Teori mengenai inflasi yang
didasarkan atas pengalaman di negara Amerika Latin. Teori ini memberi tekanan
pada ketegaran (rigidities) dari struktur perekonomian yang sedang berkembang.
Karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian
(faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang)
maka teori ini disebut juga teori inflasi jangka panjang. Menurut teori ini
ketegaran utama ada dua macam:
1. Ketegaran yang pertama berupa ketidakelastisan
dari penerimaan eksport., yaitu nilai ekspor yang tumbuh secara lamban
dibanding dengan pertumbuhan sektor- sektor lain. Kelambanan ini disebabkan
oleh:
a. Harga di
pasar dunia dari barang-barang ekspor negara tersebut makin tidak menguntungkan
dibanding dengan barang-barang impor yang harus dibayar (term of trade makin
memburuk).
b. Supplay atau produksi barang-barang ekspor yang
tidak respon¬sif terhadap kenaikan harga (supplay barang-barang ekspor yang
tidak elastis). Kelambanan pertumbuhan penerimaan ekspor ini, berarti
kelambanan pertumbuhan kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuh¬kan
(untuk konsumsi maupun investasi). Akibatnya negara tersebut mengambil
kebijaksanaan pembangunan yang menekankan pada pengga¬lakkan produksi dalam
negeri dari barang-barang yang sebelumnya diimpor (import substitution
strategy), meskipun biaya produksi dalam negeri lebih tinggi dan berkualitas
rendah daripada barang- barang sejenis yang diimpor. Biaya yang lebih tinggi
ini mengaki¬batkan harga yang lebih tinggi pula. Bila proses substitusi impor
ini makin meluas, biaya produksi juga meluas ke berbagai barang, sehingga makin
banyak harga barang yang naik, dan inflasipun terjadi.
2. Ketegaran
Kedua berkaitan dengan ketidakelastisan dari supplay atau produksi bahan
makanan di dalam negeri. Produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh
secepat pertambahan penduduk dan penghasilan per kapita, sehingga harga bahan
makanan di dalam negeri cenderung untuk menaik melebihi kenaikan harga barang-
barang lain. Akibat selanjutnya adalah timbulnya tuntutan karya¬wan untuk
memperoleh kenaikan upah. Kenaikan upah berarti kenai¬kan ongkos produksi, yang
berarti kenaikan harga barang-barang tersebut. Kenaikan harga tersebut
menyebabkan tuntutan kenaikan upah lagi. Dan kenaikan upah ini diikuti kenaikan
harga-harga. Demikian seterusnya. Kesimpulan dari teori strukturalis yaitu:
1. Teori ini menerangkan proses inflasi jangka
panjang di negara- negara yang sedang berkembang.
2. Jumlah
uang yang beredar bertambah secara pasif mengikuti dan menampung kenaikan harga
barang-barang tersebut. Proses inflasi tersebut dapat berlangsung terus hanya
bila jumlah uang yang beredar juga bertambah terus. Tanpa kenaikan jumlah uang,
proses tersebut akan berhenti dengan sendirinya. (juga dalam teori Keynes dan
teori kuantitas). 3. Tidak jarang faktor-faktor struktural yang dikatakan
sebagai sebab musabab yang paling dasar dari proses inflasi tersebut bukan 100%
struktural. Sering dijumpai bahwa ketegaran ketegaran tersebut disebabkan oleh
kebijaksanaan harga/moneter pemerintah sendiri. Macam macam Dampak Inflasi.
Dampak inflasi terhadap perekonomian yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada
tingkat kemakmuran masyarakat, berikut ini dampak negatif dari inflasi: 1.
Terhadap distribusi pendapatan ada pihak-pihak yang dirugikan, diantaranya: o
Inflasi akan merugikan bagi mereka yang berpendapatan tetap, seperti; pegawai
negeri. Contoh, amir seorang pegawai negeri memperoleh gaji Rp. 60.000.000
setahun dan laju inflasi 10%. Bila penghasilan Amir tidak mengalami perubahan,
maka ia akan mengalami penurunan pendapatan riil sebesar 10% x Rp. 60.000.000 =
Rp. 6.000.000. o Kerugian akan dialami bagi mereka yang menyimpan kekayaan
dalam bentuk uang tunai. o Kerugian akan dialami para kreditur, bila bunga
pinjaman yang diberikan lebih rendah dari inflasi. Di lain pihak ada yang
diuntungkan dengan adanya inflasi:
a. Orang yang persentase pendapatannya melebihi
persentase kenaikan inflasi
b. Mereka yang memiliki kekayaan bukan dalam bentuk
uang tunai, tetapi dalam bentuk barang atau emas.
2. Dampak terhadap efisiensi, berpengaruh pada:
a. Proses produksi dalam penggunaan faktor produksi
menjadi tidak efesien pada saat terjadi inflasi
b. Perubahan daya beli masyarakat yang berdampak
terhadap struktur permintaan masyarakat terhadap beberapa jenis barang
3. Dampak inflasi terhadap output (hasil produksi):
o inflasi bisa menyebabkan kenaikan produksi. Biasanya dalam keadaan inflasi
kenaikan harga barang akan mendahului kenaikan gaji, hal ini yang menguntungkan
produsen o bila laju inflasi terlalu tinggi akan berakibat turunnya jumlah
hasil produksi, dikarenakan nilai riil uang akan turun dan masyarakat tidak
senang memiliki uang tunai, akibatnya pertukaran dilakukan antara barang dengan
barang.
4. Dampak inflasi terhadap pengangguran Suatu negara
yang berusaha menghentikan laju inflasi yang tinggi, berarti pada saat yang
sama akan menciptakan pengangguran. Untuk melihat laju inflasi dengan tingkat
pengangguran, dapat diperlihatkan dalam Kurva Philips. Kurva philip adalah
kurva yang menggambarkan hubungan negatif antara inflasi dan pengangguran.
• semakin tinggi tingkat inflasi, maka tingkat
pengangguran semakin rendah
• semakin rendah tingkat inflasi, maka tingkat
pengangguran semakin tinggi
• pada titik E, tingkat inflasi nol dan pengangguran
ada tingkat pengguna tenaga kerja penuh (full employment)
• pada titik A, tingkat inflasi negatif
(deflationary gap), tingkat pengangguran lebih tinggi
• pada titik B, tingkat inflasi positif
(inflationary gap), tingkat pengangguran lebih rendah. Beberapa hal yang
berhubungan dengan inflasi:
DEFLASI, daya beli uang yang mengalami peningkatan,
karena jumlah uang yang beredar relatif lebih sedikit dari jumlah barang dan
jasa yang tersedia. Tujuan dari devaluasi adalah untuk meningkatkan ekspor
barang, neraca pembayaran menjadi surplus.
DEFRESIASI, penurunan nilai tukar mata uang
terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.
APRESIASI, kenaikan nilai tukar suatu mata uang
terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.
INFLASI TERBUKA, keadaan dimana harga-harga
bergerak tak terkendali, serta terdapat kelebihan permintaan terhadap barang.
SANERING, pemotongan nilai mata uang yang
dilakukan oleh pemerintah.
REVALUASI, kebijakan pemerintah untuk menaikan
nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing.
DEVALUASI, kebijakan pemerintah untuk menurunkan
nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing dengan sengaja. Deflasi
dapat di atasi dengan cara pemerintah menambah pembelanjaan, masyarakat
menambah pengeluaran
PENUTUP
KESIMPULAN
Inflasi pada tingkat yang rendah akan berfungsi
mendorong perkembangan perekonomian. Sedangkan inflasi pada laju yang tinggi
justru akan menghambat perkembangan perekonomian. Terdapat suatu trade-off
antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran, yaitu bila tingkat inflasi
ditekan, tingkat pengangguran meningkat. Sebaliknya bila tingkat pengangguran
ditekan tingkat inflasi akan menjadi lebih cepat. Inflasi yang sudah berkembang
cepat perlu ditanggulangi karena akan merusak struktur perekonomian, dan
inflasi dapat di tanggulangi secara cepat, namun dibarengi dengan timbulnya
angka pengangguran yang tinggi, dan alternative lain inflasi dapat
ditanggulangi secara perlahan-lahan, tetapi penyembuhan inflasi menjadi tidak
jelas walaupu di barengi dengan tingkat pengangguran yang rendah. Tindakan yang
di ambil dapat dengan mengurangi jumlah uang yang beredar, dengan pembatasan
kenaikan tingkat upah lewat perundangan ataupun dengan himbauan, dan dapat pula
dengan insentif perpajakan dan kebijakan penghematan, atau dengan campur dari
semua kebijakan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi_dan_perekonomian_Indonesia
http://www.kapanlagi.com/h/0000129087_print.html
http://www.elearning.gunadarma.ac.id/…/perekonomian_indonesia/bab8-masalah-pokok-perekonomian_indonesia.pdf
http://www.infounik.co.tv/2010/01/masalah-perekonomian-di-indonesia.html
http://selvycandiez.student.umm.ac.id/2010/02/05/perekonomian-indonesia/
http://www.presidenku.com/?paged=4
http://organisasi.org/pengertian-pengangguran-dan-jenis-macam-pengangguran-friksional-struktural-musiman-siklikal
http://murti.staff.gunadarma.ac.id/…/PENGANGGURAN+DAN+KEMISKINAN-ok.doc
http://labschoolaceh07.isgreat.org/macam-macam-dampak-inflasi.aspx
http://murti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/…/INFLASI-OK.DOC
http://econ161.berkeley.edu/multimedia/M