Kepala BIN
Marciano Norman mengungkap praktek dugaan penyadapan Australia terhadap
Indonesia.
Kepala Badan
Intelijen Negara, BIN, Marciano Norman mengatakan, Australia telah melakukan
penyadapan percakapan telepon sejumlah pemimpin Indonesia dalam kurun waktu
2007-2009.
"Penyadapan
ini memang yang terbuka 2007-2009, tetapi dari informasi yang kita terima bahwa
ada data-data yang terjadi pelanggaran pada kurun waktu itu," kata Kepala
BIN Marciano Norman kepada wartawan, Rabu (20/11) siang, di komplek Istana
Merdeka, Jakarta.
Seperti
dilaporkan wartawan BBC Indonesia, Andreas Nugroho yang berada di Istana
Merdeka, Marciano Norman hari ini mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
untuk bertemu Dubes Indonesia untuk Australia, Najib Riphat, menyusul
pemanggilan pulang dirinya dari Australia.
Klik Pemulangan Dubes Indonesia untuk Australia
ini dilakukan Indonesia menyusul dugaan penyadapan komunikasi Presiden
Yudhoyono oleh Australia.
Lebih lanjut
Marciano Norman mengatakan, BIN telah melakukan koordinasi dengan badan
intelijen Australia.
"Badan
Intelijen Negara sudah berkomunikasi langsung dengan Badan intelijen Australia.
Dan dalam komunikasi kami sekarang dan ke depan, tidak ada lagi penyadapan
itu," kata Marciano.
Dugaan
penyadapan Australia, diduga dilakukan setidaknya sepanjang 15 hari pada tahun
2009, menurut sejumlah media di Australia dan Inggris.
Sadap Ibu negara
Penyadapan
ini diduga dilakukan aparat intelejen Australia terhadap para pejabat tinggi
termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta Ibu Negara Ani Yudhoyono.
"Penyadapan
ini memang yang terbuka 2007-2009, tetapi dari informasi yang kita terima bahwa
ada data-data yang terjadi pelanggaran pada kurun waktu itu."
Indonesia
bereaksi keras dengan memanggil pulang Duta Besar Nadjib Riphat dari Canberra,
sementara Presiden Yudhoyono juga meluapkan kejengkelan dengan serangkaian
kicauan di Twitter karena insiden ini.
Presiden
Yudhoyono mengatakan, Indonesia menyatakan tengah Klik mengkaji ulang hubungan kerja sama dengan
Australia setelah muncul insiden ini.
Sejumlah
kalangan meminta agar Indonesia melakukan Klik tindakan lebih tegas terhadap Australia.
Berita
penyadapan sudah muncul sejak bulan lalu saat rangkaian informasi yang dibawa
Edward Snowden, pekerja kontrak intelejen AS, mulai muncul di berbagai media
internasional termasuk menyangkut posisi Indoensia.
Dalam
pemberitaan itu antara lain disebut AS dan Australia memata-matai sejumlah
pejabat Indonesia dengan menyadap percakapan telepon mereka termasuk melalui
kedutaannya di Jakarta.
Reaksi
Indonesia menjadi sangat keras setelah muncul daftar pejabat yang direkam
pembicaraannya termasuk ibu negara Kristiani Yudhoyono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar