Arif Satria (2000), nelayan
merupakan kelompok sosial yang selama ini terpinggirkan,baik secara sosial,
ekonomi, maupun politik. Lihat saja tingkat kesejahteraan nelayan masih jauh
dari kata sejahtera. Data Badan Pusat Statistik mencatat jumlah nelayan miskin
di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 7,87 juta orang atau 25,14 persen dari
total penduduk miskin nasional yang mencapai 31,02 juta orang. Selain itu,
pendapatan nelayan Indonesia berada di bawah standar garis kemiskinan yang
ditetapkan Bank Dunia yakni sebesar Rp520 ribu per bulan.
Secara sosial nelayan tidak mampu
menjangkau kebutuhan pokok seperti sandang, papan, pangan dan kesehatan serta
pendidikan yang layak. Pemerintah melalui KKP sudah menganggarkan untuk
peningkatan kesejahteraan nelayan tahun 2012 sebesar 1,17 triliun. Tapi belum
mampu mengentaskan nelayan dari kemiskinan. Walaupun Indonesia sudah berganti
presiden sebanyak 6 kali tapi tak diiringi peningkatan kesejahteraan nelayan.
Sebagai kaum miskin nelayan menjadi sasaran empuk komoditas politik bagi parpol
dan wakil rakyat dalam melamggengkan kekuasaannya.
Di Jepang, sinergis antara wakil
rakyat dan nelayan dalam melawan kebijakan pemerintah Jepang yang mengurangi
kebijakan subsidi untuk nelayan sehingga subsidi tidak lagi dikurangi. Selain
itu adanya kepercayaan tinggi antara nelayan dan wakil rakyatnya sehingga
secara otomatis akan mendukung perpolitikan. Berbanding terbalik dengan keadaan
di Indonesia. Menurut Yugi Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan yang
mengungkapkan nelayan sebagai pekerja di sektor ini menurutnya selalu dijadikan
simbol kampanye karena ketidakseriusan pemerintah dalam membangun sektor
perikanan dan kelautan (detik.com).
Jika saja, politisi Indonesia
memandang nelayan bukan memandang sebagai objek suksesi politisi semata
tentunya akan mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan. Lihat saja ketika para
politisi sudah meraih posisi empuk seakan amnesia dengan janji manisnya. Hanya
tersisa kalender, kaos dan sembako dari politisi yang menguap. Politisi
Indonesia seharusnya mencontoh politisi Jepang dalam mengelola trust konstituen
terutama nelayan. Nelayan memang lemah, tapi bukan menjadi komoditas dagangan
kaum politisi. Terbukalah hati kaum politisi, jadikan nelayan sebagai kaum yang
harus disejahterakan bukan hanya diberi janji manis belaka. Nelayan sejahtera,
Indonesia Makmur! (Restu Putri Astuti / kw)
Restu Putri Astuti adalah pewarta
warga.
.
sumber : liputan 6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar